-->






Cinta Ditolak Dukun Bertindak (1)

Foto: shutterstock

Oleh: RUSDI MUHAMMAD

Di usia 25 tahun aku berstatus janda, tentu banyak godaan harus aku terima dari bisik-bisik tetangga, gossip teman, godaan dari laki-laki jalang. Saat ini aku bekerja sebagai SPG di salah satu toko elektronik. Kehidupan ekonomiku saat itu sudah terbilang mapan, aku bahagia dengan kehidupan sekarang ini menjomblo tinggal berpisah dari kedua orangtua. Tapi kemudian takdir menuntunku ke pintu gerbang pernikahan. Aku kembali memasuki kehidupan berumahtangga dengan suami kedua. Setelah memasukinya kehidupan rumahtanggaku gersang terasa hampa karena suami keduaku mengalami impotensi hingga kini belum juga dapat disembuhkan. Kehidupan perkawinanku seperti pohon kering tak pernah disirami air hujan. Kendati demikian aku tak pernah putus harapan berdoa dan berusaha agar hujan turun sehingga daun-daun yang kering kembali berdaun hijau. Demikian penuturan Dinda begitu ia menyebutkan namanya. Berikut ini kisahnya.

Sejak aku berstatus janda aku pernah malang melintang berkeliling dari satu kota ke kota lain menyeberang ke Batam, Tanjung Balai Karimun, bahkan aku pernah menyeberang ke pulau jawa, Jakarta dan Surabaya menjadi tujuan petualanganku, untuk mencari rejeki dan mencari pengalaman hidup. Kehidupanku di Jakarta, Surabaya dan Batam, saat itu masih tetap berada dalam kridor agama,karena kedua orangtuaku membekali diriku dengan ajaran agama yang sangat kental, Aku menjalani kehidupan di dunia ini sesuai dengan norma-norma yang berlaku tanpa mengikuti kehidupan glamamor.

Aku menikah selepas tamat SMA, saat itu kehidupan ekonomi keluargaku sedang dalam cobaan Tuhan. Ayah barusan memasuki masa pensiun, menikmati hari-hari tidak bekerja ayah mengalami strok. Ayah harus menjalani opname di RS, setelah keluar dari RS ayah menderita lumpuh. Sedangkan ibu hanya ibu rumahtangga biasa selama ini mengandalkan pengasilan dari ayah. Begitu ayah MPP gaji tidak lagi di terima ayah sebagaimana setiap bulannya. Keluargaku butuh uang untuk menyambung hidup, kemana harus mencari uang ? Ayah dan ibu bingung.

Dalam keadaan penuh dengan cobaan tetanggaku memberikan jalan keluar pada ibu agar aku menikah dengan Bang Oji anak saudagar kaya di kampung tetangga. Calon suami yang dijodohkan untukku itu tidak menarik hatiku. Tidak cocoklah duduk bersanding denganku, ibarat kata pepatah bukan seperti pinang dibelah dua pakai pisau tapi pinang dibelah dua pakai kampak. Hancur!.

Aku menolak dijodohkan dengannya, bahkan sempat keluar dari mulutku daripada aku menikah dengannya lebih baik aku jadi PSK. Ibu sangat sedih dengan penolakanku itu, ia sempat memohon sampai berlinang air mata agar menerima pinangan itu tapi hatiku tidak tergugah untuk menerima cinta Bang Oji. Walaupun keluarganya menjanjikan kekayaan untukku berupa rumah, mobil, perhiasan dan sebagainya tapi aku tetap menolak.

Kesombonganku menolak pinangan keluarga Bang Oji tidak membuat orangtuanya berputus asa. Seperti semboyan para remaja yang cintanya di tolak orang yang mereka cintai. “Cinta Ditolak Dukun Bertindak, “ semboyan itu rupanya dilakukan Bang Oji. Entah mengapa tiba-tiba saja hatiku luluh, semula benci setengah mati berubah menjadi cinta. Bahkan aku ingin segera dinikahkan, aku merasa takut kalau ada perempuan lain menggantikanku.

“Bu, aku menerima pinangan keluarga Bang Oji,” kataku berterus terang dihadapan ibu. Ibu merasa terkejut dengan ucapanku itu. Ibu terus memandangi wajahku lama sekali.

“Apa ibu tidak salah dengar ?” kata ibu

“Tidak bu ?” sahutku. Sontak ibu memelukku, menangis terharu.Aku merasa pelukan ibu hangat sekali. Sudah lama aku tidak pernah merasakan pelukan ibu.

“Ibu merasa bahagia nak,” kata ibu terbata-bata.

“Maafkan aku bu dulu berkata kasar pada ibu ?” pintaku.

“Ya ibu maafkan. Nanti ibu hubungan keluarga Roji.” Kata ibu.

Aku masuk ke dalam kamar berbaring sambil mengkhayal tentang kebahagiaan hidup bergelimang harta kekayaan bersama Bang Roji.

“Dinda besok pagi Bang Roji datang ke rumah kita ?” kata ibu mengabariku. Aku hanya mengangguk.

Dalam lamunanku wajah Bang Roji berubah menjadi sangat tampan sekali, bahkan lamunanku terbawa dalam mimpi. Aku bermimpin menjadi pengantin duduk bersanding dengan Bang Roji kemudian menikmati malam pertama. Bang Roji orangnya sangat lembut sekali pandai merayu.

“Sayang, abang tidak bermaksud menyakiti tubuhmu. Ini harus abang lakukan?” katanya sambil mengusap air mataku.

“Aku bahagia bang, lanjutkanlah,” pintaku. Setelah mencapai klimaks aku terjaga dari tidur. Saat aku membuka mata aku tersenyum malu sendiri karena ada muntahan caran membasahi spray kasurku.

“Rupanya aku bermimpi,” ucapku berkata sendiri. Tapi aku tidak melihat ada darah yang keluar, syukurlah segel keperawananku masih utuh. Bisik hatiku tersipu-sipu.

Kulihat jarum jam dalam kamar tidurku malam pukul dua dini hari. Aku menjadi tak dapat memejamkan mata. Entah jam berapa aku tidur malam itu, sampai-sampai ibu membangunkaku.

“Dinda bangun. Bang Rojimu sudah datang?” kata ibu memberi tahu. Bergegas aku bangun dari tidur menuju kamar mandi. Ibu sempat tersenyum melihat ada peta kepulauan nusantara di atas seprai tenpat tidurku.

Setelah mandi dan berdandan apa adanya aku segera menemui bang Roji yang duduk di ruang tamu ditemani ibu.

“Maaf bang terpaksa lama menunggu ?” kataku agak gugup. Dimataku Bang Roji sangat gagah seperti bintang film idolaku Syahrukh Khan.

“Ibu tinggalkan kalian berdua ?” Pinta ibu.

“Iya bu ?” jawab Bang Oji.

“Kita main-main ke Pekanbaru Yok ?” ajaknya. Aku menuruti saja keinginannya.

Setelah pamit kami berangkat ke Pekanbaru mengenderai mobil Avansa. Dalam perjalanan itu aku lebih banyak diam. Entah mengapa aku sangat gugup duduk berdampingan dengannya,ya….. belum terbiasa berangkali.

Bang Roji membelikan baju baru, sepatu baru, cincin dan dompet baru untukku. Aku sangat bahagia menerima pemberiannya. Kami makan siang direstoran yang mewah dan menikmati tempat wisata di Pekanbaru. Bang Roji orangnya sangat royal dan sopan tidak macam-macam. Dalam pandanganku ia pria yang baik. Saat pulang ke rumah ibu menyambutnya dengan senyum merekah dibibir. Apalagi calon menantunya membawa oleh-oleh untuk keluargaku.

Selepas lebaran kami melangsungkan pernikahan dengan pesta meriah. Pesta itu berlangsung di rumahku dan di rumah mertuaku. Awalnya kehidupan pernikahanku berjalan bahagia. Dua bulan menikah aku hamil tapi kemudia terjadi keguguran, bahkan aku sampai tiga kali mengalaminya. Entah mengapa benih yang tumbuh dalam rahimku tidak kuat berakar.

Memasuki tahun ke tiga perkawinanku entah mengapa rasa benciku pada Bang Roji tumbuh seperti waktu pertama kali dulu aku dijodohkan dengannya. Tanpa sebab aku marah-marah padanya, emosiku mudah meledak. Bang Roji yang penyabar dan penyayang itu hanya diam membisu. Kehidupan rumahtanggaku mulai digoyang badai kebencian. Mengapa rumahtanggaku seperti ini ? hatiku selalu bertanya-tanya dan tak habis pikir.

Untuk menemukan jawaban itu aku mendatangi seorang dukun. Kepada mbah dukun kuceritakan kehidupan cinta, perkawinan dan rumahtanggaku.

“Adik tergila-gila padanya karena dipelet. Jangka waktu pellet itu sudah habis, jadi dirimu kembali sebelum dipelet jadi benci setangah mati,” kata mbah dukun. Jawaban dari mbah dukun membuat emosiku naik. Rupanya selama ini aku telah diguna-gunainya, curang! bisik hatiku.

Kepada mbah dukun aku minta pengaruh pellet itu dibuang dari tubuhku. Aku disuruh mandi air bunga ditempatnya dengan ditemani isterinya. Setelah mandi tubuhku terasa segar, ringan dan pikiranku lapang.

Seperti apa kisah perjalanan cinta Dinda. Ikuti kisahnya pada edisi kedua besok di mediasergap.com

No comments:

Post a Comment

Berita Terkini